Sampah organik merupakan salah satu jenis sampah yang paling banyak dihasilkan oleh masyarakat di Indonesia. Sampah organik ini dapat berasal dari sisa makanan, daun-daunan, ranting-ranting, dan sebagainya.
Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), dari 17 juta ton timbulan sampah nasional Indonesia pada tahun 2023, 51,6% diantaranya berasal dari sisa makanan dan kayu/ranting/daun.
Salah satu cara untuk mengelola sampah organik adalah menggunakan lubang biopori.
Apa itu Lubang Biopori?
Biopori adalah lubang yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter sekitar 10-30 cm dan kedalaman 60-100 cm. Lubang ini diisi dengan sampah organik, yang nantinya akan terurai secara alami oleh cacing tanah dan mikroorganisme lainnya.
Sistem biopori dikembangkan oleh Dr. Kamir R. Brata, seorang ahli lingkungan dari Institut Pertanian Bogor pada tahun 1992.
Ini terinspirasi dari aktivitas organisme tanah, seperti cacing tanah, akar tanaman, rayap, semut, dan fauna tanah lainnya. Aktivitas organisme ini membentuk lubang-lubang di dalam tanah untuk menciptakan aerasi dan meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah.
Cara Mengolah Sampah Organik Dengan Biopori
Berikut cara mengolah sampah organik dalam biopori:
- Siapkan pipa PVC diameter 10 cm yang sudah dilubangi sisi-sisinya, beserta penutup pipa.
- Pilihlah lokasi yang tepat untuk membuat biopori. Lokasi yang ideal adalah di halaman rumah, taman, atau lahan kosong. Lokasi tersebut harus memiliki drainase yang baik dan tidak tergenang air.
- Bersihkan lokasi dari rumput liar, lalu buat lubang biopori dengan menggunakan sekop atau bor tanah. Usahakan lubangnya tegak lurus.
- Masukkan pipa PVC ke dalam lubang.
- Isi lubang biopori dengan sampah organik, seperti sisa makanan, daun-daunan, rumput dan ranting-ranting.
- Tutup lubang dengan tutup pipa PVC yang sudah dilubangi terlebih dahulu.
Catatan: Lubang biopori ini bisa diisi dengan sampah organik secara bertahap, dengan interval pengisian setiap lima hari, hingga lubang terisi penuh dengan sampah. Setelah penuh, biarkan selama tiga bulan untuk memungkinkan proses dekomposisi berlangsung dan menghasilkan kompos.
Setelah tiga bulan, angkat kompos yang sudah jadi dari lubang biopori, dan lubang tersebut dapat diisi kembali dengan sampah baru. Kompos yang dihasilkan siap digunakan sebagai pupuk organik untuk memupuk tanaman yang tumbuh di halaman rumah.
Manfaat Lubang Biopori Lainnya
Selain sebagai tempat pembuangan dan pengomposan limbah organik, biopori memiliki banyak manfaat lainnya bagi lingkungan, antara lain:
Mengurangi pencemaran lingkungan: Dengan memasukkan sampah organik ke dalam biopori, maka itu tidak akan menghasilkan gas metana, yaitu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global.
Mencegah banjir: Lubang biopori membantu mengurangi risiko banjir dengan meningkatkan penyerapan air hujan ke dalam tanah. Ini membantu mengontrol aliran air di permukaan dan mengurangi genangan air.
Mengendalikan erosi tanah: Dengan meningkatkan penyerapan air hujan dan mengurangi genangan air, lubang biopori membantu mengendalikan erosi tanah.
Meningkatkan kesuburan tanah: Lubang biopori meningkatkan infiltrasi air tanah. Selain itu, bahan organik yang dimasukkan ke dalam Biopori akan menambahkan unsur hara dan bahan organik ke tanah. Semua ini membantu menyuburkan tanah, mendukung pertumbuhan tanaman, dan menjaga kelembaban tanah.